Our social:

Rabu, 28 Januari 2015

Meneropong Indonesia 2015


Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga hal saat berbicara di depan Kompas 100 CEO Forum pada 7 November di Jakarta. Pemerintahannya akan mengalihkan anggaran negara untuk subsidi BBM ke mata anggaran yang lebih produktif. Selain itu pembangunan infrastruktur pengairan untuk mendukung swasembada beras, jagung, dan kedelai dalam tiga tahun disusul berikutnya gula dan daging sapi, 27 pelabuhan laut dalam, serta jalan tol lintas Sumatera dan kereta api sebagai transportasi publik. Presiden juga menjanjikan kepada 100 pemimpin perusahaan emiten di Bursa Efek Indonesia akan menyederhanakan proses perizinan dan mengajak mereka segera berinvestasi atau akan tertinggal oleh dunia.
Pernyataan yang kurang lebih sama diungkapkan Presiden di hadapan para bankir, pengusaha, akademisi, dan peneliti, serta pimpinan media massa dalam acara tahunan Bank Indonesia pertengahan November lalu di Jakarta. Berbeda dari saat berbicara di Kompas 100 CEO Forum, kali ini Presiden berbicara tanpa teks yang sudah disiapkan. Presiden memberi penekanan pada peningkatan pemberantasan korupsi.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo memaparkan situasi perekonomian Indonesia dan tantangan serta peluang 2015 di tengah pengaruh kenaikan harga BBM serta masih tertatihnya pemulihan ekonomi dunia.
Laporan harian Kompas bertajuk Menatap 2015, Antara Harapan dan Tantangan, yang disajikan di halaman 41 hingga 92 ini mengulas prediksi perekonomian Indonesia 2015. Situasi tidak mudah bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tetapi, optimisme Presiden akan menjadi penggerak utama Indonesia melalui medan terjal, bergelombang, dan licin ke depan.
Faktor dalam negeri yang harus menjadi perhatian, antara lain, efek inflasi karena kenaikan harga BBM masih akan dirasakan pada awal tahun berupa pelemahan daya beli masyarakat. Selain itu, percepatan pembangunan infrastruktur akan mengalami ujian di daerah pada era otonomi daerah yang luas, lebarnya ketimpangan kemakmuran, rendahnya daya tahan energi dan listrik serta pangan, dan kebutuhan penciptaan lapangan kerja pada periode awal berlangsungnya bonus demografi. Dari luar negeri, penghentian stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat dan rencana menaikkan suku bunga dalam negeri AS memicu kewaspadaan akan keluarnya dana asing jangka pendek dari Indonesia. Perekonomian Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok juga belum menunjukkan pemulihan berarti untuk menghela perekonomian dunia. Mulai 31 Desember 2015 berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia bila pemerintah dapat mengarahkan pelaku usaha dan masyarakat mengambil manfaat dari pasar lebih dari 600 juta orang tersebut.
Laporan disusun dalam tiga bagian. Laporan prediksi perekonomian di halaman 41-60, perkembangan otonomi daerah di halaman 61-75, dan situasi dunia pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan di halaman 77-92.
Untuk memperkaya laporan, diadakan curah pendapat bersama ekonom dan mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim; pengajar ekonomi di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, A Prasetyantoko; budayawan Radhar Panca Dahana; dan cendekiawan Yudi Latif.
Laporan pada halaman 42-48 disusun juga berdasarkan hasil diskusi panel ekonomi harian Kompas pada 31 Oktober 2014 ditambah pengayaan dari berbagai sumber. Sebagai narasumber Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 2009-2014 Armida S Alisjahbana; Dirut Perusahaan Listrik Negara Nur Pamudji; Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin; Vice President PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Desianto Budi Utomo PhD; peneliti LIPI, Siti Zuhro; pengajar ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri; dengan moderator Guru Besar Ekonomi Bisnis UI Rhenald Kasali.

Sentimen Rusia Tekan Rupiah

JAKARTA, KOMPAS Indonesia perlu memperhatikan faktor lain yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini perlu dilakukan karena pelemahan rupiah masih berlanjut pada Selasa (16/12). Tekanan terakhir dipengaruhi oleh kebijakan Rusia menaikkan suku bunga acuan 650 basis poin menjadi 17 persen.
Nilai tukar rupiah menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang diterbitkan Bank Indonesia pada Selasa mencapai Rp 12.900 per dollar AS, melemah cukup dalam dibandingkan posisi Senin di level Rp 12.599 per dollar AS. Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak antara Rp 12.649 dan Rp 12.937 per dollar AS pada perdagangan valuta asing.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan, peningkatan suku bunga acuan Bank Sentral Rusia menyebabkan keluarnya modal asing dari negara yang sedang bertumbuh seperti Indonesia. Rupiah tidak melemah sendirian. Menurut Bambang, pelemahan adalah fenomena global, tak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang tumbuh, tetapi juga negara-negara maju.
Investor yang memiliki investasi portofolio di emerging market memindahkan sebagian portofolionya ke Rusia. Kondisi ini juga memengaruhi permintaan terhadap surat utang negara,” kata Bambang.
Mata uang Rusia, rubel, melemah sangat dalam sepanjang tahun ini. Dari Moskwa, kantor berita AFP melaporkan, rubel saat ini berada dalam kondisi kritis. Deputi Pertama Kepala Bank Sentral Rusia Sergei Shvetsov mengatakan, pihaknya akan segera mengambil langkah tambahan.
Hari Selasa, rubel jatuh hingga 20 persen menjadi 80 rubel per dollar AS dan 100 rubel per euro. Dibandingkan dengan nilai tukar pada awal tahun ini, secara keseluruhan rubel telah kehilangan 60 persen nilainya.
Langkah darurat Rusia menaikkan suku bunga gagal menenangkan gejolak. Bahkan, nilai tukar mata uang Rusia itu terhadap dollar AS justru terus merosot. Hal ini tampaknya akan makin memperparah kondisi ekonomi Rusia yang sekarang dalam konfrontasi dengan Barat terkait isu Ukraina.
Harga minyak
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual menjelaskan, peningkatan suku bunga Bank Sentral Rusia sebetulnya sudah bisa diprediksi dari awal. Rusia sudah beberapa kali menaikkan suku bunga tahun ini. Hal itu dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia yang kemarin sekitar 55 dollar AS per barrel.
Rusia dengan cadangan minyak 87 miliar barrel adalah salah satu negara yang mengandalkan pendapatan dari minyak. Sekitar 52 persen pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas.
Penurunan harga minyak mentah menyebabkan pendapatan negara turun hingga sekitar 48 persen. Untuk menjaga modal asing, Rusia menaikkan suku bunga acuan sangat tinggi dan mencapai level 17 persen. ”Apalagi, Rusia juga terkena sanksi ekonomi. Transmisi pelemahan nilai tukar mata uang karena faktor seperti Rusia harus terus diperhatikan,” kata David.
David mengingatkan, Indonesia perlu mewaspadai pelemahan mayoritas mata uang dunia dan gelombang modal yang keluar dari Indonesia. Rusia baru merupakan satu faktor, padahal ada faktor besar yang bisa memengaruhi pasar keuangan global, yakni kebijakan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.
”Pengalaman masa lalu menunjukkan, transmisi krisis itu paling kuat melalui sektor finansial. Padahal, 40 persen pasar obligasi di Indonesia dikuasai investor asing,” kata David.
Dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pelemahan rupiah dan amblesnya bursa saham di kawasan Asia kembali mendorong turunnya Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks terempas sebanyak 82 poin atau sekitar 1,61 persen ke level 5.026 di akhir perdagangan kemarin. Investor asing melepaskan saham kepemilikannya di Bursa Efek Indonesia senilai Rp 1,59 triliun.
Indeks sempat turun hampir 2 persen dan bergerak di rentang 5.005-5.069. Sebanyak delapan sektor terkoreksi, dipimpin oleh sektor properti yang turun 3,17 persen dan sektor industri dasar yang turun 3,12 persen.
Investor asing memang masih memegang obligasi jangka panjang. Namun, tidak ada jaminan bahwa investor tetap pada perilakunya menjadi investor jangka panjang. ”Bisa saja investor jangka panjang juga mengambil untung,” kata David.
Indonesia juga perlu mewaspadai pelemahan mata uang dan perekonomian mitra dagang utama. Mata uang yen (Jepang) juga melemah cukup dalam, mencapai 11,3 persen dengan pertumbuhan ekonomi 0,2 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat menjadi 7,8 persen pada triwulan III-2014. Kedua negara itu merupakan mitra dagang yang besar.
Kebijakan The Fed
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, investor di pasar keuangan sedang melakukan antisipasi terhadap rencana kebijakan The Fed sehingga ikut mendorong pelemahan rupiah. Namun, sifat pelemahan nilai tukar rupiah bersifat temporer karena secara fundamental, ekonomi Indonesia sudah lebih baik dibandingkan tahun 2013.
”Defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun ini mungkin hanya akan mencapai 25 miliar dollar AS, sedangkan tahun lalu mencapai 29 miliar dollar AS. Untuk menghadapi tekanan terhadap rupiah yang temporer ini, BI aktif menyuplai kebutuhan valuta asing di pasar supaya rupiah lebih stabil,” kata Mirza.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad meminta nasabah perbankan atau perbankannya sekaligus tidak melakukan upaya spekulatif terhadap mata uang dollar AS. ”Tindakan seperti itu akan membuat kondisi tidak menjadi lebih baik,” kata Muliaman.
Dari sisi industri keuangan, Muliaman menjamin, saat ini kondisinya masih tetap aman. Industri perbankan juga dalam kondisi baik, termasuk bank-bank kecil yang tidak terpapar persoalan valuta asing. ”Bank-bank kecil umumnya bukan bank devisa. Kami memiliki sistem yang bisa mendeteksi secara dini,” kata Muliaman.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden di Jakarta mengatakan, pemerintah menilai kondisi nilai mata uang rupiah lebih baik daripada sejumlah mata uang lain di negara-negara Asia. Tingkat pelemahan rupiah terhadap dollar dari Januari ke Desember hanya bergerak 4 persen, sementara pelemahan mata uang asing lain jauh lebih besar dari angka itu. ”Dampak yang terjadi di Indonesia masih lumayan baik dibandingkan yang terjadi di Korea Selatan, Jepang, ataupun Malaysia,” kata Kalla.
Karena itu, kata Kalla, pemerintah tidak perlu mengambil langkah intervensi melalui Bank Indonesia. Namun, pemerintah perlu menjamin kestabilan harga-harga barang kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi harga beras, gula, dan daging.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia Anton J Supit menyatakan industri perunggasan nasional sekarang berat. Apalagi ditambah dampak negatif pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Menurut Anton, persediaan bahan baku pakan lokal, seperti jagung dari produksi dalam negeri, tidak mencukupi. Dari total kebutuhan jagung industri pakan 7 juta ton, baru terpenuhi 4 juta ton sehingga sisanya harus diimpor.


0 komentar:

Posting Komentar