Meneropong Indonesia 2015
Presiden
Joko Widodo menyampaikan tiga hal saat berbicara di depan Kompas 100 CEO Forum
pada 7 November di Jakarta. Pemerintahannya akan mengalihkan anggaran negara
untuk subsidi BBM ke mata anggaran yang lebih produktif. Selain itu pembangunan
infrastruktur pengairan untuk mendukung swasembada beras, jagung, dan kedelai
dalam tiga tahun disusul berikutnya gula dan daging sapi, 27 pelabuhan laut
dalam, serta jalan tol lintas Sumatera dan kereta api sebagai transportasi
publik. Presiden juga menjanjikan kepada 100 pemimpin perusahaan emiten di
Bursa Efek Indonesia akan menyederhanakan proses perizinan dan mengajak mereka
segera berinvestasi atau akan tertinggal oleh dunia.
Pernyataan
yang kurang lebih sama diungkapkan Presiden di hadapan para bankir, pengusaha,
akademisi, dan peneliti, serta pimpinan media massa dalam acara tahunan Bank
Indonesia pertengahan November lalu di Jakarta. Berbeda dari saat berbicara di
Kompas 100 CEO Forum, kali ini Presiden berbicara tanpa teks yang sudah
disiapkan. Presiden memberi penekanan pada peningkatan pemberantasan korupsi.
Sebelumnya,
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo memaparkan situasi perekonomian
Indonesia dan tantangan serta peluang 2015 di tengah pengaruh kenaikan harga
BBM serta masih tertatihnya pemulihan ekonomi dunia.
Laporan
harian Kompas bertajuk Menatap 2015, Antara Harapan dan Tantangan, yang
disajikan di halaman 41 hingga 92 ini mengulas prediksi perekonomian Indonesia
2015. Situasi tidak mudah bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla. Tetapi, optimisme Presiden akan menjadi penggerak utama
Indonesia melalui medan terjal, bergelombang, dan licin ke depan.
Faktor dalam
negeri yang harus menjadi perhatian, antara lain, efek inflasi karena kenaikan
harga BBM masih akan dirasakan pada awal tahun berupa pelemahan daya beli
masyarakat. Selain itu, percepatan pembangunan infrastruktur akan mengalami
ujian di daerah pada era otonomi daerah yang luas, lebarnya ketimpangan
kemakmuran, rendahnya daya tahan energi dan listrik serta pangan, dan kebutuhan
penciptaan lapangan kerja pada periode awal berlangsungnya bonus demografi. Dari
luar negeri, penghentian stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat dan
rencana menaikkan suku bunga dalam negeri AS memicu kewaspadaan akan keluarnya dana
asing jangka pendek dari Indonesia. Perekonomian Uni Eropa, Jepang, dan
Tiongkok juga belum menunjukkan pemulihan berarti untuk menghela perekonomian
dunia. Mulai 31 Desember 2015 berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan
menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia bila pemerintah dapat
mengarahkan pelaku usaha dan masyarakat mengambil manfaat dari pasar lebih dari
600 juta orang tersebut.
Laporan
disusun dalam tiga bagian. Laporan prediksi perekonomian di halaman 41-60,
perkembangan otonomi daerah di halaman 61-75, dan situasi dunia pendidikan,
kesehatan, kebudayaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan di halaman 77-92.
Untuk
memperkaya laporan, diadakan curah pendapat bersama ekonom dan mantan Menteri
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim; pengajar ekonomi di Universitas
Katolik Atma Jaya Jakarta, A Prasetyantoko; budayawan Radhar Panca Dahana; dan
cendekiawan Yudi Latif.
Laporan pada
halaman 42-48 disusun juga berdasarkan hasil diskusi panel ekonomi harian
Kompas pada 31 Oktober 2014 ditambah pengayaan dari berbagai sumber. Sebagai
narasumber Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro; Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 2009-2014 Armida S Alisjahbana; Dirut
Perusahaan Listrik Negara Nur Pamudji; Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin;
Vice President PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Desianto Budi Utomo PhD;
peneliti LIPI, Siti Zuhro; pengajar ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri;
dengan moderator Guru Besar Ekonomi Bisnis UI Rhenald Kasali.
Sentimen Rusia Tekan
Rupiah
Nilai tukar rupiah
menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot
Dollar Rate (Jisdor) yang diterbitkan Bank Indonesia
pada Selasa mencapai Rp 12.900 per dollar AS, melemah cukup dalam dibandingkan
posisi Senin di level Rp 12.599 per dollar AS. Di pasar spot, nilai tukar
rupiah bergerak antara Rp 12.649 dan Rp 12.937 per dollar
AS pada perdagangan valuta asing.
Menteri Keuangan
Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan, peningkatan suku bunga acuan Bank Sentral Rusia menyebabkan keluarnya modal asing dari
negara yang sedang bertumbuh seperti Indonesia. Rupiah tidak melemah sendirian.
Menurut Bambang, pelemahan adalah fenomena global, tak hanya dialami oleh
negara-negara yang sedang tumbuh, tetapi juga negara-negara maju.
”Investor yang memiliki investasi portofolio di emerging market memindahkan sebagian portofolionya ke
Rusia. Kondisi ini juga memengaruhi permintaan terhadap surat utang negara,”
kata Bambang.
Mata uang Rusia,
rubel, melemah sangat dalam sepanjang tahun ini. Dari Moskwa, kantor berita AFP
melaporkan, rubel saat ini berada dalam kondisi kritis. Deputi Pertama Kepala
Bank Sentral Rusia Sergei Shvetsov mengatakan, pihaknya akan segera mengambil
langkah tambahan.
Hari Selasa, rubel
jatuh hingga 20 persen menjadi 80 rubel per dollar AS dan 100 rubel per euro.
Dibandingkan dengan nilai tukar pada awal tahun ini, secara keseluruhan rubel
telah kehilangan 60 persen nilainya.
Langkah darurat
Rusia menaikkan suku bunga gagal menenangkan gejolak. Bahkan, nilai tukar mata
uang Rusia itu terhadap dollar AS justru terus merosot. Hal ini tampaknya akan
makin memperparah kondisi ekonomi Rusia yang sekarang dalam konfrontasi dengan
Barat terkait isu Ukraina.
Harga minyak
Kepala Ekonom Bank
Central Asia David Sumual menjelaskan, peningkatan suku bunga Bank Sentral
Rusia sebetulnya sudah bisa diprediksi dari awal. Rusia sudah beberapa kali
menaikkan suku bunga tahun ini. Hal itu dipengaruhi oleh turunnya harga minyak
dunia yang kemarin sekitar 55 dollar AS per barrel.
Rusia dengan
cadangan minyak 87 miliar barrel adalah salah satu negara yang mengandalkan
pendapatan dari minyak. Sekitar 52 persen pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan
gas.
Penurunan harga
minyak mentah menyebabkan pendapatan negara turun hingga sekitar 48 persen.
Untuk menjaga modal asing, Rusia menaikkan suku bunga acuan sangat tinggi dan
mencapai level 17 persen. ”Apalagi, Rusia juga terkena sanksi ekonomi. Transmisi
pelemahan nilai tukar mata uang karena faktor seperti Rusia harus terus
diperhatikan,” kata David.
David
mengingatkan, Indonesia perlu mewaspadai pelemahan mayoritas mata uang dunia
dan gelombang modal yang keluar dari Indonesia. Rusia baru merupakan satu
faktor, padahal ada faktor besar yang bisa memengaruhi pasar keuangan global,
yakni kebijakan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.
”Pengalaman masa
lalu menunjukkan, transmisi krisis itu paling kuat melalui sektor finansial.
Padahal, 40 persen pasar obligasi di Indonesia dikuasai investor asing,” kata
David.
Dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), pelemahan rupiah dan amblesnya bursa saham di kawasan Asia
kembali mendorong turunnya Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks terempas
sebanyak 82 poin atau sekitar 1,61 persen ke level 5.026 di akhir perdagangan
kemarin. Investor asing melepaskan saham kepemilikannya di Bursa Efek Indonesia
senilai Rp 1,59 triliun.
Indeks sempat
turun hampir 2 persen dan bergerak di rentang 5.005-5.069. Sebanyak delapan
sektor terkoreksi, dipimpin oleh sektor properti yang turun 3,17 persen dan
sektor industri dasar yang turun 3,12 persen.
Investor asing
memang masih memegang obligasi jangka panjang. Namun, tidak ada jaminan bahwa
investor tetap pada perilakunya menjadi investor jangka panjang. ”Bisa saja
investor jangka panjang juga mengambil untung,” kata David.
Indonesia juga
perlu mewaspadai pelemahan mata uang dan perekonomian mitra dagang utama. Mata
uang yen (Jepang) juga melemah cukup dalam, mencapai 11,3 persen dengan
pertumbuhan ekonomi 0,2 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat
menjadi 7,8 persen pada triwulan III-2014. Kedua negara itu merupakan mitra
dagang yang besar.
Kebijakan The Fed
Deputi Gubernur
Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, investor di pasar keuangan
sedang melakukan antisipasi terhadap rencana kebijakan The Fed sehingga ikut
mendorong pelemahan rupiah. Namun, sifat pelemahan nilai tukar rupiah bersifat
temporer karena secara fundamental, ekonomi Indonesia sudah lebih baik dibandingkan
tahun 2013.
”Defisit transaksi
berjalan hingga akhir tahun ini mungkin hanya akan mencapai 25 miliar dollar
AS, sedangkan tahun lalu mencapai 29 miliar dollar AS. Untuk menghadapi tekanan
terhadap rupiah yang temporer ini, BI aktif menyuplai kebutuhan valuta asing di
pasar supaya rupiah lebih stabil,” kata Mirza.
Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad meminta nasabah perbankan
atau perbankannya sekaligus tidak melakukan upaya spekulatif terhadap mata uang
dollar AS. ”Tindakan seperti itu akan membuat kondisi tidak menjadi lebih
baik,” kata Muliaman.
Dari sisi industri
keuangan, Muliaman menjamin, saat ini kondisinya masih tetap aman. Industri
perbankan juga dalam kondisi baik, termasuk bank-bank kecil yang tidak terpapar
persoalan valuta asing. ”Bank-bank kecil umumnya bukan bank devisa. Kami
memiliki sistem yang bisa mendeteksi secara dini,” kata Muliaman.
Sementara itu,
Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden di Jakarta mengatakan,
pemerintah menilai kondisi nilai mata uang rupiah lebih baik daripada sejumlah
mata uang lain di negara-negara Asia. Tingkat pelemahan rupiah terhadap dollar
dari Januari ke Desember hanya bergerak 4 persen, sementara pelemahan mata uang
asing lain jauh lebih besar dari angka itu. ”Dampak yang terjadi di Indonesia
masih lumayan baik dibandingkan yang terjadi di Korea Selatan, Jepang, ataupun
Malaysia,” kata Kalla.
Karena itu, kata
Kalla, pemerintah tidak perlu mengambil langkah intervensi melalui Bank
Indonesia. Namun, pemerintah perlu menjamin kestabilan harga-harga barang
kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi harga beras, gula, dan
daging.
Ketua Umum
Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia Anton J Supit menyatakan industri
perunggasan nasional sekarang berat. Apalagi ditambah dampak negatif pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Menurut Anton,
persediaan bahan baku pakan lokal, seperti jagung dari produksi dalam negeri,
tidak mencukupi. Dari total kebutuhan jagung industri pakan 7 juta ton, baru
terpenuhi 4 juta ton sehingga sisanya harus diimpor.
0 komentar:
Posting Komentar